/* Menu Horisontal ---------------------------------------------*/ .menupic{width:100%;margin:0 auto;padding:0 auto;} .menuhorisontal{background:#e9e9e9 url(http://2.bp.blogspot.com/_tUdwiyEcqV4/TVAvFqOyxcI/AAAAAAAAAs8/ZE7Yc8WL1n4/s1600/bg_menu.gif) repeat-x bottom left;width:980px;height:30px;margin:0 auto; padding:0 auto;border-left:1px solid $bordercolor;border-right:1px solid $bordercolor;border-top:solid 1px $bordercolor;} .menuhorisontal ul{margin: 0; padding-left: 0px;color:#357798;text-transform: capitalize;list-style-type: none;font:bold 12px Arial, Helvetica,Arial,Verdana,sans-serif;} .menuhorisontal li{display: inline; margin: 0;} .menuhorisontal li a{float: left;display: block;text-decoration:none; padding:7px 7px 7px 7px;border-right:1px solid #dadcde;border-bottom:solid 1px #d2d4d6;color:#357798;} .menuhorisontal li a:visited{color:#357798;} .menuhorisontal li a:hover {background:#fff;color:#333;text-decoration:none;border-bottom:solid 1px #fff; /*Background Setelah Pointer Diarahkan */} .menuhorisontal li.selected a {background:#fff;color:#333;border-bottom:solid 1px #fff;padding:7px 10px 7px 10px;} /* Menu Horisontal ---------------------------------------------*/ .menupic{width:100%;margin:0 auto;padding:0 auto;} .menuhorisontal{background:#e9e9e9 url(http://2.bp.blogspot.com/_tUdwiyEcqV4/TVAvFqOyxcI/AAAAAAAAAs8/ZE7Yc8WL1n4/s1600/bg_menu.gif) repeat-x bottom left;width:980px;height:30px;margin:0 auto; padding:0 auto;border-left:1px solid $bordercolor;border-right:1px solid $bordercolor;border-top:solid 1px $bordercolor;} .menuhorisontal ul{margin: 0; padding-left: 0px;color:#357798;text-transform: capitalize;list-style-type: none;font:bold 12px Arial, Helvetica,Arial,Verdana,sans-serif;} .menuhorisontal li{display: inline; margin: 0;} .menuhorisontal li a{float: left;display: block;text-decoration:none; padding:7px 7px 7px 7px;border-right:1px solid #dadcde;border-bottom:solid 1px #d2d4d6;color:#357798;} .menuhorisontal li a:visited{color:#357798;} .menuhorisontal li a:hover {background:#fff;color:#333;text-decoration:none;border-bottom:solid 1px #fff; /*Background Setelah Pointer Diarahkan */} .menuhorisontal li.selected a {background:#fff;color:#333;border-bottom:solid 1px #fff;padding:7px 10px 7px 10px;}
Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

skripsi pendidikan Agama Islam (STAIBA)



PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA TERHADAP
KENAKALAN REMAJA DI KP. BANTARGADUNG 
DESA DAN KECAMATAN BANTARGADUNG
 SUKABUMI

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Barokah

Oleh:
HABUL MUBAROK
NIM/NIRM: 09.1.17/3664






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-BAROKAH
SUKABUMI
2014 M/1435 H








PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI KP.BANTARGADUNG DESA / KECAMATAN BANTARGADUNG SUKABUMI


Oleh :
HABUL MUBAROK
NIRM : 09.1.17/3664.2011

Menyetujui,


Pembimbing I,                                                   Pembimbing II,

                                                                       
Drs. ERVAN SASMITA, M.M.                  ASEP ABDULLAH  FITRI, S.E


Mengetahui :
Ketua STAI. Al–Barokah

Drs. H. YAYAN MULYANA, M.Ag.
 







MOTTO


Jadilah orang yang di butuhkan

وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَّ : اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا (رواه الترميذي)

Artinya :
 Dari Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah saw. Bersabda : orang mukmin yang sempurna imannya yang terbaik budi   pekertinya.

       (H.R. At Tirmidzi)





م



PERSEMBAHAN

Padamu ya Allah atas besar karunia yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan juga kedua orang tuaku yang telah berusa membesarkan dan mendidikku hingga akhir studiku.
 Buat Papa dan Mama, inilah kado kecil yang dapat anakmu persembahkan untuk sedikit menghibur hatimu yang telah aku susahkan, aku tahu banyak yang telah kalian  korbankan demi memenuhi kebutuhanku yang selalu tak pernah merasa lelah demi memenuhi kebutuhanku. Saya hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih kepada Papa dan Mama, hanya Tuhanlah yang membalas kemuliaan hati kalian.
dan  ini adalah merupakan hari kebahagiaanku dan juga merupakan kebahagiaankalian juga, dan biarlah kuasa Tuhan senantiasa bersama kita semua, Amin…..

ABSTRAK

Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang di antaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah. Berdasarkan penelitian yang di lakukan di peroleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.









KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas limpah rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh  Harmonis keluarga Terhadap kenakalan Remaja di   kp.Bantargadung Desa dan kecamatan Bantargadung sukabumi ”.
            Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pdi) di STAI Al-Barokah Sukabumi.
            Dengan selesainya penulisan skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
  1. Bapak Drs. H.Yayan Mulyana ,M.Ag. selaku ketua STAI Al Barokah Sukabumi.
  2. Bapak Dr. Ervan Sasmita,MM  selaku dosen pembimbing  l  dan Asep Abdullah fitri SE  Selaku dosen Pembingbing  ll yang telah memberikan bimbingan dengan setulus hati dalam penulisan skripsi ini.
  3. Bapak Camat dan Ketua MUI Bantargadung  dan Jajarannya yang telah berkenan memberi izin serta membantu dalam melaksanakan penelitian
  4. Bapak Deri Kuswandi,S.Pd.i Selaku Ketua Pik-R dan BKPRMI Bantargadung.
  5. Bapak Drs.Asep Abdullah j   selaku kepala Madrasah Tsanawiyah SA Asy Syarofiyyah yang telah berkenan memberi izin melaksanakan penelitian.
  6. Bapak dan Ibu Dewan Guru Madrasah Madrasah Tsanawiyah SA Asy Syarofiyyah yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
  7. Keluargaku dan sahabat – sahabat ku serta pihak lain yang cukup besar peranannya dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya semoga amal baik Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt.
Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Sukabumi,         2014
Penulis



HABUL MUBAROK
iii
  NIM :    09.1.17/3664

















DAFTAR ISI




HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... i
NOTA PEMBIMBING....................................................................................... ii
MOTTO    ............................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN............................................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C.     Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D.    Kegunaan Penelitian .............................................................................. 5  
BAB II
LANDASAN TEORITIS  
1. Kenakalan remaja .................................................................................... 6
          a.Definisi  Kenakalan remaja……….………………………………6
          b.  Pengertian  Remaja ....................................................................... 7
                   c. Ciri remaja ..................................................................................... 8
                   d. Perubahan fisik............................................................................... 9
                    e.Perubahan Emosional .................................................................... 9
                   f. Perubahan Sosial …………………………………………………10
2 .Karakteristik remaja ................................................................................ 10
                   a. Perbedaan Struktur intlektual ........................................................ 11
                   b. Perbedaan fisik dan psikis ............................................................. 11
                   c. Ciri karakteristik individual............................................................ 11
         3. Bentuk dan aspek-aspek kenakalan remaja...............................................12
             a.Kenakalan  terisolir.......................................................................... 12
                   b. kenakalan neurotik ........................................................................ 13
    c.Kenakalan psikotik.......................................................................... 14
d.      Kenakalan defek moral................................................................ 15
         4. Bentuk kenakalan remaja ........................................................................ 17
        5.Faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan  remaja .............................. 18

         6. Usaha penanggulangan kenakalan remaja................................................ 27
         7. Keharmonisan keluarga ........................................................................... 28
8. Aspek-aspek keharmonisan keluarga ...................................................... 31
E. Kerangka berfikir..................................................................................... 35
BAB III
METODE PENELITIAN
F. Langkah-langkah penelitian..................................................................... 38
1. Metode penelitian..................................................................................... 38
2.Jenis dan sumber data ............................................................................... 39
3. Teknik pengumpulan data ....................................................................... 41
G. Analisis data............................................................................................ 42
H. Keabsahan data ...................................................................................... 43
BAB IV
HASIL PENELITIAN ............................................................................... 47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................................. 49
B.Saran ........................................................................................................ 49

DAFTAR FUSTAKA......................................................................................... 50
 LAMPIRAN – LAMPIRA. 





PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI KP BANTARGADUNG DESA /KECAMATAN BATARGADUNG


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu.
Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja.
Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: kabur dari rumah, membawa senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum seperti; Prampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan media-media masa.
Hampir setiap hari kasus kenakalan remaja selalu kita temukan di media massa, dimana sering terjadi di Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya bahkan sampai kabupaten sukabumi yang kita cinta ini salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran,seks bebas di luar nikah,dan juga obat-obat terlarang yang dilakukan oleh para pelajar atau remaja ,khususnya  wilayah atau tempat yang saya teliti yaitu kp Bantargadung Desa dan kecamatan Bantargadung . Data Kasus perkelahian/ Tawuran yang di sebabkan dari minuman keras atau mabukan.           Kenakalan remaja di kp Bantargadung tahun ke tahun terus meningkat berdasarkan data hasil penelitian yang  terjadi :
Tahun 2006 Bantargadung dengancumanggala.korban 19 0rang yang  luka ringan 11 orang luka berat 8 0rang.Tahun 2007 , 2011 dan 2012  Bantargadung dengan  Pasapen Darusalam. Jumlah korban 6 0rang.( yang luka Ringan 4  orang dan luka  berat 2 orang).Tahun 2008 Bantargadung dengan cilandak warungkiara.Jumlah korban 9 orang(Luka ringan 6 orang danLuka Berat 3 Orang).Tahun 2009 Bantargadung dengan Bihbul .Jumlah korban 12 0rang( luka ringan 5 orang .Luka Berat 5 orang dan Meninggal 2 orang).Dan teahir pada tahun 2012 bantargadung dan pasapen darusalam yang terjadi pada bulan ramdhan malam Takbir tepat jam 19:15 s/d 23:13.00 wib.
Kasus kenakalan remaja Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Lebih jauh dijelaskan bahwa dari beberapa kasus dua tahun terakhir, 60 % di antaranya dilakukan oleh remaja, selain itu diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak juga cukup besar. Angka –angka di atas sangat mencengangkan bagaimana mungkin anak remaja yang masih polos,energik,potensial yang menjadi harapan orang tua,massyarakat dan bangsa serta agama dapat terjerumus dalam limbah kenistaan,sungguh sangat di sayangkan bahkan angka-angka tersebut dapat di pridiksikan akan semakin meningkat.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa kenakalan remaja di kp bantargadung mengalami peningkatan. Mengingat betapa pentingnya kehidupan remaja terhadap kehidupan masa depan bangsa ,Negara terutama Agama .Maka penulis merasa terdorong  untuk melakukan study untuk penelitian di kp bantargadung Desa dan kecamatan bantargadung guna melihat lebih dekat terhadap kehidupan remaja yang bermasalah.Untuk itu Dinas kesehatan bekerja sama dengan aparatur pemerintahan,Departemen Agama serta  MUI Bantargadung untuk membentuk suatu organisasi yaitu Porum komunikasi Pemuda Masjid (PKPM) ,BKR serta Porum Informasi Konsling Remaja( PIK-R). Kenakalan remaja di bantargadung saat ini sedang ada dalam perhatian khusus dari Gubernur sukabumi dan Departemen Agama yang di Kepalai oleh Dr.Ismatullah Sarif .S.Ag progrogram di maksudkan untuk Mengantisifasi dan  menanggulangi kenakalan remaja yang menjurus ke kriminalitas,sek di luar nikah,minuman keras,dan obat-obatan terlarang.(BKKBN).
Keluarga memiliki pran yang sangat penting dalam program tersebut karena lingkungan keluarga menjadi tempat pertama dan utama remaja mendapat pendidikan selain itu keluarga juga merupaka fondasi primer bagi perkembangan remaja atau anak-anaknya.Remaja yang didefinisikan sebagai anak nakal biasanya mempunyai konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan anak yang tidak bermasalah. Dengan demikian remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis dan memiliki konsep diri negatif kemungkinan memiliki kecenderungan yang lebih besar menjadi remaja nakal dibandingkan remaja yang dibesarkan dalam keluarga harmonis dan memiliki konsep diri positif. (Bouman,1953)
Mencermati uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji masalah ini dalam suatu penelitian dengan judul: PengaruhKeharmonisan Keluarga terhadap Perilaku Kenakalan Remaja di Kp Bantargadung Desa dan Kecamatan Bantargadung Kabupaten sukabumi.

B.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.  Bagaimana keaadaan Remaja di kp bantargadungDesa dan kecamatan bantargadung?
2.  Bagaimana gambaran kenakalan remaja di kp Bantargadun Desa dan kecamatan  Bantargadung ?
3.  Apakah terdapat pengaruh keharmonisan keluarga terhadap kenakalan Remaja di kp Bantargadung Desa dan  Kecamatan  Bantargadung ?
C.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.  Untuk mengetahui gambaran keharmonisan keluarga di kp Bantargadung .
2.  Untuk mengetahui gambaran  dan mengantisipasi dan menanggulangi Kenakalan Remajadi kp Bantargadung Desa dan kecamatan  Bantargadung .
3.  sebagai pedoman untuk mengetahui lantarbelakang serta timbulnya kenakalan remaja.
4.  Untuk mengetahui pengaruh keharmonisan keluarga terhadap kenakalan remajadi kp Bantargadung Desa Kecamatan Bantargadung .
5.  Untuk Mendapatkan Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kenakaln remaja.
6.  Untuk mengetahui tingkat perhatian orang tua terhadap anak.
7.  Untuk mendapatkan data tentang kenakalan remaja dan upaya menanggulanginya.
D.      Kegunaan Penelitian
1.    Sebagai bahan informasi kepada masyarakat khususnya orang tua tentang kondisi kenakalan remaja dan alternatif pemecahan Masalah yang terjadi di kp Bantargadung Desa dan kecamatan Bantargadung ?
2.    Memperluas wawasan berpikir bagi penulis khususnya .
3.    Bermanfaat  sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut khusus yang meneliti lebih mendalam tentang permasalahan dalam penelitian ini.







BAB II
LANDASAN TEORI

A.        Landasan teori
1. Kenakalan remaja
a) Definisi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.(Kartono, 2003:78).
Kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sarwono (2002:167) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman. Kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana. sedangkan Helmi dan Ramdhani  (1992: 12) menyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Tambunan  juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja  adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang di lakukan remaja di bawah umur 17 tahun.
        b.  Pengertian Remaja
WHO (dalam Sarwono, 2002:23) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: (a) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. (b)  Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.(c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Monks (1999:34) sendiri memberikan batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Senada dengan pendapat Suryabrata (1981: 45) membagi masa remaja menjadi tiga, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan masa remaja akhir 18-21 tahun. Berbeda dengan pendapat Hurlock (1999:112) yang membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal 13-16 tahun, sedangkan masa remaja akhir 17-18 tahun.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dalam penelitian ini subjek yang dipakai adalah remaja awal yang masih berusia 13 sampai 20 tahun.
c.  Ciri-ciri Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialamioleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial. Hurlock (1999:121) pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini dijelaskan satu persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja.

d. Perubahan fisik
Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipotesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormone, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormon kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (Monks dkk, 1999). Dampak dari produksi hormone tersebut Rahmawati (2005 : 132)adalah: (1) ukuran otot bertambah dan semakin kuat. (2) testosteron menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan. (3) Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar kemaluan, ketiak dan muka.
e. Perubahan Emosional.
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanakkanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yang ekstrem dan selalu merasa mendapatkan tekanan (Hurlock, 1999: 132). Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu memgekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil. Nuryoto (1992:76) menyebutkan ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut: (1) tidak bersikap kekanak-kanakan. (2) bersikap rasional. (3) bersikap objektif (4) dapat menerima kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut. (5) bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. (6) mampu menghadapi masalah dan tantangan yang  dihadapi.
f. Perubahaan sosial
Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja, Monks, dkk (1999:12) menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya.
2. Karakteristik Remaja Nakal
Menurut Kartono (2003:71) bahwa  remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum  yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :
a. Perbedaan struktur intelektual
Pada umumnya inteligensi mereka tidak berbeda dengan inteligensi remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tes Wechsler). Mereka kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius biasanya mereka kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.
b. Perbedaan fisik dan psikis
Remaja yang nakal ini lebih idiot secara moral dan memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif. Hasil penelitian juga menunjukkan ditemukannya fungsi fisiologis dan neurologis yang khas pada remaja nakal ini, yaitu: mereka kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.
c. Ciri karakteristik individual
Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti (1) Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang, bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan, (2) Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional. (3) Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara sosial, (4) Mereka senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko dan bahaya yang terkandung di dalamnya, (5) Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.
(6) Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya, (7) Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga mereka menjadi liar dan jahat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja nakal biasanya berbeda dengan remaja yang tidak nakal. Remaja nakal biasanya lebih ambivalen terhadap otoritas, percaya diri, pemberontak, mempunyai kontrol diri yang kurang, tidak mempunyai orientasi pada masa depan dan kurangnya kemasakan sosial, sehingga sulit bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

3. Bentuk dan Aspek-Aspek Kenakalan Remaja
Menurut Kartono (2003: 23), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Kenakalan terisolir (delinkuensi terisolir)
Kelompok kenakalan terisolir (delinkuensi terisolir) merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-faktor berikut:(1) Keinginan meniru dan ingin konformi dengan gangnya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan. (2) Mereka kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya gang-gang kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan prestise tertentu. (3) Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan kriminal. Gang remaja nakal memberikan alternatif hidup yang menyenangkan. (4) Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Ringkasnya, delinkuen terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompok gangnya, namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60 % dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru.
b. Kenakalan neurotik (Delinkuensi neurotik)
Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri-ciri perilakunya adalah 1) Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja. 2) Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya. 3) Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosakemudian membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik. 4) Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya biasanya juga neurotik atau psikotik. 5) Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan dan 6) Motif kejahatannya berbeda-beda. 7) Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).
c. Kenakalan psikotik (delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah (1) Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian  keluarga,berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan orangtuanya selalu menyianyiakan mereka, sehingga mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi dan tidak mampu menjalin hubungan emosional yang akrab dan baik dengan orang lain. (2) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran, (3) Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki, (4) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak peduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri, (5) Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental dengan karakteristik sebagai berikut: (1) tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernah  bertanggung jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial dan hukum. Mereka sangat egoistis, anti sosial dan selalu menentang apa dan siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis
terhadap siapapun tanpa sebab.
d. Kenakalan defek moral (Delinkuensi defek moral)
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan  tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada inteligensinya. Kelemahan para remaja delinkuen tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional. Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan super egonya sangat lemah. Impulsnya tetap pada taraf primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka sering disertai agresivitas yang meledak. Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki. Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitif, di antara para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80 % mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental. Hanya kurang dari 20 % yang
menjadi penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar.
Sarwono (2002:192) membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk yaitu: (a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain. (b) Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain- lain. (c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas. (d)  Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah. Hurlock (1973) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam empat bentuk, yaitu: (a) Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain, (b) Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas, mencuri, dan mencopet, (c) Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orangtua dan guru seperti membolos, mengendarai kendaran dengan tanpa surat izin, dan kabur dari rumah, (d) Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa dan menggunakan senjata tajam.
Dari beberapa bentuk kenakalan pada remaja dapat disimpulkan bahwa semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Adapun aspek-aspeknya menurut Sarwono  (2002:134) terdiri dari aspek perilaku yang melanggar aturan dan status, perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, perilaku yang mengakibatkan korban materi, dan perilaku yang mengakibatkan korban fisik.
4. Bentuk Kenakalan remaja
Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
a. Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hokum.
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tujuh tingkatan ;
1. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit .
2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.
3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.


4. Perilaku Unggal-unggalan yang mengganggu ketentraman masyarakat
5. Perkelahian atar geng,sekolah atau kelomok sehingga membawa korban jiwa
6. Membolos sekolah ,bergelandangan di jalanan,bersembunyi di tempat terpencil dan sunyi yang membawa ke arah kemaksiatan dan kedurjanaan serta merusak moral susila.
7. Minuman keras dan seks bebas.
5.  Faktor-faktor Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku kenakalan remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor Internal (Dalam)
a. Reaksi Frustasi Diri
Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan, frustasi, ketegangan batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.
b. Gangguan Pengamatan dan Tanggapan Pada Anak Remaja
Adanya gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat.
Gangguan pengamatan dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran semua.
Tanggapan anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan yang nyata, tetapi berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul interpretasi dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.
c. Gangguan Berfikir dan Intelegensi Pada Diri Remaja
Berfikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi yang wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi upaya pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja tidak mampu mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu.
d. Gangguan Perasaan Pada Anak Remaja
Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.
Gangguan-gangguan fungsi perasaan tersebut, antara lain :
1) Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-ledak, tidak bisa dikekang.
2) Labilitas emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan tidak tetap. Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.
3) Ketidak pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak tidak pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.
4) Kecemasan merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil, dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.
2. Faktor Eksternal (Luar)
Selain faktor dari dalam ada juga faktor yang datang dari luar anak tersebut, antara lain :
a. Keluarga
Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja.
Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
b. Lingkungan Sekolah yang Tidak Menguntungkan
Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai “sekolah dengar” daripada memberikan kesempatan luas untuk membangun aktivitas, kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak.
Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis.
Di kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan yang “tidak adil”. Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat; tetapi di pihak lain anak  dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem sekolah dengar.
Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki de dikasi pada profesi, dan tidak menguasai metodik mengajar. Tidak jarang profesi guru/dosen di komersialkan, dan pe ngajar hanya berkepentingan dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan  masalah mengajar atau mengoperkan informasi belaka.

c. a. Teknologi atau Media  Elektronik
Tenologi komunikasi dan informasi yang menimbulkan berbagai perubahan baik positif atau negative bagi remaja conto kecil hanpone yang begitu banyak dan menyebar luas sampai ke pedesaan hampir smua orang trutama remaja memiliki hanpone   hal inilah yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kenakalan pada remaja karena dengan majunya teknologi dan cepatnya informasi baik yang positif maupun negative.
b. Jeniskelamin
Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2003: 81) pada umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja perempuan.
d. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah. Pengaruh orangtua, kenakalan teman sebaya, dan sikap sekolah terhadap prestasi akademik siswa menunjukkan bahwa faktor yang berkenaan dengan orangtua secara umum tidak mendukung banyak, sedangkan sikap sekolah ternyata dapat menjembatani hubungan antara kenakalan teman sebaya dan prestasi akademik.
e. Proses keluarga kurang harmonis
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan di siplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga ,Kurangnya binaan orang tua itu sangat berpengaru Bagi remaja sebagai mana sabda Rasulullah : عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan firah. Maka bapaknyalah yang menjadikan ia yahudi, atau nasrani, atau majusi (HR. Bukhori)
f. Pengaruh teman sebaya.
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. Pada sebuah penelitian Simanjuntak (1984:54) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan reguler dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.
g. Kelas sosial ekonomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50:1 (Kartono, 2003:56). Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk  mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan anti sosial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi remaja dari kelas sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan.
h. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Lingkungan adalah factor yang paling mempengaruhi prilaku dan watak anak, jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk maka akhlanya pun akan seperti itu adanya sebaliknya jika dia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula. Rasulullah r bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ »
Dari Abu Hurairah  dari nabi saw bersabda : seseorang itu atas din saudaranya. Maka lihatlah salah seorang di antara kalian, siapa yang di temani. (HR. Ahmad)
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor- faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpul kan bahwa faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kenakalan remaja  adalah faktor keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat.
Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang di tontonnya.
i. Pengaruh Pergaulan
            Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam jam melalui telepon. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok / cewek yang ditaksir dsb.
Hubungan sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di sekelilingnya. Semua  faktor ini menjadi penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman pergaulannya.

1.Mengatasi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara sosiologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.
Memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja :
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan
6. Usaha Penanggulangan kenakalan remaja
Ahir-ahir ini wujud perilaku dari kenakalan tidak lagi seperti kenakalan remaja  biasa,akan tetapi sudah menjurus pada tindak criminal.Oleh karena itu merupakan kewajiban kita  bersama untuk menanggulangi terhadap kenakalan remaja,baik penanggulangan secara preventif maupun secara Kuratif.
a.Usaha Penanggulangan secara Preventif     
Yaitu suatu usaha untuk menghindari kenakalan ,jauh sebelum kenakalan itu terjadi dan terlaksana atau agar kenakalan itu tida terjadi di harapkan dari usaha ini aukan dapat mengurangi timbulnya kenakalan –kenakalan baru atau setidak-tidaknya akan bisa memperkecil jumlah pelakunya misalnya dengan menciptakan suasana lingkungan ,keluarga,sekolah, dan masyarakat untuk mengikut sertakan dalam beberapa organisasi yang sudah ada  di  bantargadung bertepat di Masjid Nurul anwar ,pila linggamanik bantargadung,serta bersosialisasi ke sekolah SMP danSMA.
b.Usaha penanggulangan secara kuratif
Yaitu usaha untuk menyembuhkan atau memperbaiki apabila kenakalan remaja itu sudah terjadi atau bisa di katakan kenakalan itu sudahmelebihi batas yang sudah tidakdapat di toleril karena sudah sangat parah.Usaha ini dapat di wujudakan dengan melakukan pendekatan kepada orang tua atau wali remaja misalnya melakukan home visit ke rumah remaja.
7. Keharmonisan Keluarga.
Keluarga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia (Kartono, 2003:34). Sedangkan menurut Hawari (1997:87) keharmonisan keluarga itu akan terwujud apabila masing-masing unsur  dalam keluarga itu dapat berfungsi dan berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama kita, maka interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam keluarga itu akan dapat diciptakan.
Dalam kehidupan berkeluarga antara suami istri dituntut adanya hubungan yang baik dalam arti diperlukan suasana yang harmonis yaitu dengan  menciptakan saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga, saling menghargai dan saling memenuhi kebutuhan. Basri (1999:213) menyatakan bahwa setiap orangtua bertanggung jawab juga memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan antara orangtua dengan anak yang baik, efektif dan menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam keluarga, sebab telah menjadi bahan kesadaran para orangtua bahwa hanya dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan efektif dan dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis. Selanjutnya Hurlock (1973) menyatakan bahwa anak yang hubungan perkawinan orangtuanya bahagia akan mempersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup karena makin sedikit masalah antar orangtua, semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan sebaliknya hubungan keluarga yang buruk akan berpengaruh kepada seluruh anggota keluarga. Suasana keluarga ynag tercipta adalah tidak menyenangkan, sehingga anak ingin keluar dari rumah sesering mungkin karena secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi masing-masing anggota keluarga untuk bertengkar dengan lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan persepsi keharmonisan keluarga adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang.
Keharmonisan keluarga atau yang disebut dengan keluarga sakinah dalamagama Islam, terdiri dari dua kata yaitu keluarga dan sakinah. Kalau dari segi bahasa, keluarga berarti ibu bapak dengan anak-anaknya, orang seisi rumah yang menjadi tanggungan batin, sedangkan kata ,sakinah berartikedamaian, ketenteraman, ketenangan dan kebahagiaan.
Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi.Kata sakinah sebagai kata sifat yaitu untuk mensifati atau menerangkankata keluarga. Keluarga sakinah digunakan dengan pengertian keluargayang tenang, tenteram, bahagia dan sejahtera lahir dan batin.Munculnya keluarga sakinah ini sesuai dengan firman Allah dalamsurat ar-Rum ayat 21 yang mengatakan bahwa tujuan dasar mawaddah danrahmah, saling mencintai dan penuhrasa kasih sayang antara suamiisteri.
Berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, nomor: D/71/1999 tentang petunjuk pelaksanaan pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Bab III pasal 3, menyatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material suara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannyadengan selaras, serasa serta mampu menyarankan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. Sedang Ishak Saih dalam bukunya yang berjudul Managemen Rumah Tangga, menjelaskan bawa keluarga sakinah diidentikkan dengan keluarga sejahtera., menjelaskan sebagai berikut:
Keluarga sejahtera dan bahagia ialah keluarga yang dapat mencapai kesuksesan dalam hidupnya, baik material maupun matreriil spiritual yang memberikan nilai-nilai kepuasan yang mendalam kepada anggota keluarga dalam situasi penuh kebangkitan dan ketenteraman hidup bersama. Nampak pula di dalamnya keselarasan dan keseimbangan hidup, sehingga dapatmenjadi cermin bagi masyarakat sekelilingnya.
Menurut Muhammad Arifin Ilham dalam bukunya Zikir Keluarga, Sakinah, bahwa keluarga sakinah adalah:
Keluarga yang para penghuninya senantiasa mengingat Allah SWT, baik dalam keadaan senang maupun susah. Rumah keluarga sakinah didalamnya selalu dihiasi dengan aktivitas ibadah kepada-Nya, baik ibadah salat. Bacaan al-Qur'an, ucapan dzikir dan ibadah-ibadah lainnya dan Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah atau keluarga harmonis adalah keluarga yang dibina berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup lahir batin, spiritual dan materiil yang layak, mampu menciptakan suasana saling cinta, kasih sayang (mawaddah wa rahmah), selaras,serasi dan seimbang serta mampu menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, amal saleh dan akhlak mulia dalam lingkungan keluarga dan masyarakat lingkungannya sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 serta selaras dengan ajaran Islam.
8. Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga
Hawari (2004 : 81) mengemukakan enam aspek sebagai suatu pegangan hubungan perkawinan bahagia adalah:
a. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.
Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Berdasarkan beberapa penelitian  ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius yang penanaman komitmennya rendah atau tanpa nilai agama sama sekali cenderung terjadi pertentangan konflik dan percekcokan dalam keluarga, dengan suasana yang seperti ini, maka anak akan merasa tidak betah di rumah dan kemungkinan besar anak akan mencari lingkungan lain yang dapat menerimanya.
b. Mempunyai waktu bersama keluarga
Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama  keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya, sehingga anak akan betah tinggal di rumah.
c. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga
Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam keluarga. Meichati (dalam Kartono, 2003:76) mengatakan bahwa remaja akan merasa aman apabila orangtuanya tampak rukun, karena kerukunan tersebut akan memberikan rasa aman dan ketenangan bagi anak, komunikasi yang baik dalam keluarga juga akan dapat membantu remaja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya di luar rumah, dalam hal ini selain berperan sebagai orangtua, ibu dan ayah juga harus berperan sebagai teman, agar anak lebih leluasa dan terbuka dalam menyampaikan semua permasalahannya.
d. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga
Furhmann (dalam Kartono, 2003:76) mengatakan bahwa keluarga yang harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan yang lebih luas.
e. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan keharmonisan  keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang minim, jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak lagi menyenangkan. Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian terbaik dari setiap permasalahan.
f. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat maka antar anggota keluarga tidak ada lagi rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang. Hubungan yang erat antar anggota keluarga ini dapat diwujudkan dengan adanya kebersamaan, komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan saling menghargai.
Keenam aspek tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya. Menurut Hawari (1997:92)  bahwa Proses tumbuh kembang anak sangat ditentukan dari berfungsi tidaknya keenam aspek di atas, untuk menciptakan keluarga harmonis peran dan fungsi orangtua sangat menentukan, keluarga yang tidak bahagia atau tidak harmonis akan mengakibatkan persentase anak menjadi nakal semakin tinggi.
g. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keharmonisan keluarga, karena komunikasi akan menjadikan seseorang mampu mengemukakan pendapat dan pandangannya, sehingga mudah untuk memahami orang lain dan sebaliknya tanpa adanya komunikasi kemungkinan besar dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman yang memicu terjadinya konflik.
h. Tingkat ekonomi keluarga.
Menurut beberapa penelitian, tingkat ekonomi keluarga juga merupakan salah satu faktor yang menentukan keharmonisan keluarga. Jorgensen (dalam Kartono 2003:56) menemukan dalam penelitiannya bahwa semakin tinggi sumber ekonomi keluarga akan mendukung tingginya stabilitas dan kebahagian keluarga, tetapi tidak berarti rendahnya tingkat ekonomi keluarga merupakan indikasi tidak bahagianya keluarga. Tingkat ekonomi hanya berpengaruh trerhadap kebahagian keluarga apabila berada pada taraf yang sangat rendah sehingga kebutuhan dasar saja tidak terpenuhi dan inilah nantinya yang akan menimbulkan konflik dalam keluarga.
i. Sikap orangtua
Sikap orangtua juga berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga terutama hubungan orangtua dengan anak-anaknya. Orangtua dengan sikap yang otoriter akan membuat suasana dalam keluarga menjadi tegang dan anak merasa tertekan, anak tidak diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, semua keputusan ada ditangan orangtuanya sehingga membuat remaja itu merasa tidak mempunyai peran dan merasa kurang dihargai dan kurang kasih sayang serta memandang orangtuanya
tidak bijaksana. Orangtua yang permisif cenderung mendidik anak terlalu bebas dan tidak terkontrol karena apa yang dilakukan anak tidak pernah mendapat bimbingan dari orangtua. Kedua sikap tersebut cenderung memberikan peluang yang besar untuk menjadikan anak berperilaku menyimpang, sedangkan orangtua yang bersikap demokratis dapat menjadi pendorong perkembangan anak kearah yang lebih positif.
j. Ukuran keluarga
Menurut Kartono (2003:67) dengan jumlah anak dalam satu keluarga cara orangtua mengontrol perilaku anak, menetapkan aturan, mengasuh dan perlakuan efektif orangtua terhadap anak. Keluarga yang lebih kecil mempunyai kemungkinan lebih besar untuk memperlakukan anaknya secara demokratis dan lebih baik untuk kelekatan anak dengan orang tua.
E.      Kerangka Berpikir
Keluarga sebagai kelompok sosial terkecil dalam masyarakat, mempunyai peranan penting dalam pembentukan konsep diri pada anak. Dukungan khususnya keluarga atau kurangnya dukungan akan mempengaruhi kepribadian anak melalui konsep diri yang terbentuk. Pola terbentuknya konsep diri pada seorang individu bukan merupakan bawaan dari lahir, tetapi konsep diri terbentuk melalui proses, dan proses pembentukan konsep diri tidak dapat terlepas dari peran keluarga. Konsep diri yang positif dan keluarga yang harmonis ditengarai akan mampu mencegah seorang remaja untuk cenderung melakukan kenakalan atau perbuatan yang negatif.
Secara garis besar munculnya perilaku delinkuen pada remaja disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimaksud meliputi karakteristik kepribadian, nilai-nilai yang dianut, sikap negatif terhadap sekolah, serta kondisi emosi remaja yang labil.
Adapun faktor eksternal mancakup lingkungan rumah atau keluarga, sekolah,
media massa, dan keadaan sosial ekonomi. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwa kecenderungan berperilaku delikuen pada remaja dipengaruhi oleh konsep diri individu yang bersangkutan dan peran keluarga yang didapatnya.
Adanya keharmonisan keluarga yang tinggi tersebut remaja dituntut untuk melakukan perbuatan positif yang diharapkan oleh masyarakat, sehingga akan mengurangi tingkat kenakalan remaja, dan sebaliknya remaja yang memiliki konsep diri yang rendah, seringkali melanggar peraturan dan norma-norma yang ada dalam masyarakat, sehingga nantinya dapat mengakibatkan terjadinya kenakalan remaja.
Berdasarkan landasan teori di atas, mekanisme psikologis yang terjadi pada permasalahan tersebut adalah bagaimana remaja yang mempersepsi keluarganya harmonis cenderung mempunyai konsep diri yang positif. Hal ini tentu berdampak semakin berkurangnya kecenderungan berperilaku nakal atau negatif, karena di dalam keluarga harmonis anak diajarkan apa itu tanggungjawab dan kewajiban, mengajarkan berbagai norma yang berlaku di masyarakat dan keterampilan lainnya agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dapat mencapai kematangan secara keseluruhan baik emosi maupun kematangan secara sosial. Suasana harmonis yang dirasakan remaja, secara tidak langsung berpengaruh terhadap pembentukan kepribadiannya .











BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan semua hasil-hasil penelitiannya ,berupa data yang berhasil penulis kumpulkan selama pelaksanaan penelitian di Kp Bantargadung Desa/kecamatan Bantargadung Kabupaten Sukabumi sebagai mana yang jadi permasalahan di Kp Bantargadung Desa/kecamatan Bantargadung Kabupaten Sukabumi ini sangat lah kurang baik terutama anak remaja di usi masa puberitas banyak hal yang tidak di inginkan seperti :
a.        Jenis Kenakalan Remaja di Kp Bantargadung Desa/kecamatan Bantargadung Kabupaten Sukabumi Minuman keras,sek bebas di luar nikah,tauran antar kelompok,bahkan sampai mengisap lem sandal serta spidol snomen .
b.      Keaadan Remaja di Kp Bantargadung Desa/kecamatan Bantargadung Kabupaten Sukabumi sangat lah menghawatirkan karena dengan adanya factor kurang keharmonisan dalam keluarga,kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya,trutama keluarga pak kamal dan bu yeti yang tidak menginginkan kelahiran anak oleh karena itu dia sangat tidak peduli kepada anaknya sampai dewasa ahirnya anak tersebut berandal/Nakal.
c.       Keluarga harmonis dan tidak harmonis sangatlah berpengaruh terhadap kenakalan remaja sebagai mana yang di jelaskan dalam al hadis/ sabda Rasulullah saw :
 عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan firah. Maka bapaknyalah yang menjadikan ia yahudi, atau nasrani, atau majusi (HR. Bukhori)





 



0 komentar :

Posting Komentar